Minggu, 08 Juli 2012

Aqidah Tauhid Marifat Kepada Allah, Malaikat, Kitab, Nabi dan Rasul, Hari Akhir dan Peristiwanya Takdir (qada dan qadar)



Makrifat kepada Allah SWT adalah makrifat yang seluhur-luhurnya bahkan semulia-mulianya sebab makrifat kepada Allah SWT itulah yang merupakan asas fundamen berdirinya segala kehidupan kerohanian. Dari makrifat kepada Allah itulah bercabang makrifat kepada para Nabi dan Rasul serta hal yang berhubungan dengannya, mengenai kemasmukan, tugas-tugas dan sifat-sifatnya serta hajat umat manusia terhadap diutusnya para Nabi, serta hal-hal yang berkaitan erat hubungannya antara nabi dan rasul seperti masalah mukjizat, kewalian kekeramatan dan kitab-kitab suci yang telah diturunkan ke bumi. Untuk bermakrifat kepada Allah SWT ada dua cara yaitu: Pertama dengan menggunakan akal pikiran dam memeriksa secara teliti ciptaan Allah SWT yang berupa benda-benda yang beraneka ragam ini. Kedua, dengan mengetahui nama-nama serta sifat-sifat-Nya. Agama Islam sendiri mengajarkan kepada kita tentang bagaimana kita menggunakan akal pikiran dengan sebaik-baiknya dengan cara melepaskan segala kekangan dan segera bangun dari tidur kemudian mengajak kita untuk mengadakan perenungan dan pemikiran. Pekerjaan yang sedemikian ini termasuk peribadatan kepada Tuhan. Allah SWT berfirman, “Katakanlah, Perhatikan olehmu semua apa-apa yang ada di langit dan bumi.” (Q.S Yunus:101)

Makrifat kepada malaikat adalah makrifat yang dapat mengajak hati sseorang untuk mencontoh dan meniru perilaku para malaikat yang serba baik dan amat terpuji itu, juga dapat tolong-menolong dengan mereka untuk mencapai yang hak dan luhur. Selain itu mengajak kita pula untuk memperoleh penjagaan yang sempurna sehingga tidak satupun perbuatan buruk yang timbul dari seseorang, melainkan yang baik-baik dan segala tindakannya tidak akan ditunjukan untuk maksud yang mulia saja.

Makrifat kepada kitab-kitab suci adalah merupakan suatu makrifat yang memberikan arah untuk menempuh jalan yang baik dan lurus serta bikjaksana dan diridai oleh Tuhan yang tentunya sudah digariskan oleh Allah SWT agar seluruh umat manusia menaatinya, karena dengan hanya melalui jalan inilah seseorang dapat sampai kearah kesempurnaan yang hakiki, baik dalam segi kebendaan (materi) atau segi kerohanian dan akhlak (abadi).

Makrifat kepada rasul-rasul adalah merupakan suatu makrifat yang dimaksudkan agar seseorang mengikuti jejak langakahnya, memperhias diri dengan meniru akhlak para rasul tersebut. Selain itu juga bersabar dan tabah hati dalam mencontoh tingkah laku para rasul itu mencerminkan tentang suatu keteladanan yang tinggi nilainya dan baik, bahkan itulah yang merupakan kehidupan yang suci dan bersih yang dikehendaki oleh Allah SWT agar dimiliki oleh seluruh umat manusia.

Makrifat kepada hari akhir adalah merupakan suatu makrifat diaman kita dituntut untuk berbuat baik dan menjadi motivasi yang kuat bagi kita umat manusia untuk mengajak umat manusia yang lainnya untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan segala bentuk keburukan.

Makrifat kepada takdir adalah merupakan suatu makrifat yang dapat memberikan bekal kekuatan dan kesanggupan kepada seseorang untuk mengatasi segala macam rintangan, siksaan, kesengsaraan dan kesusahan. Sementara segala halangan dan cobaan akan dianggap kecil saja, bagaimanapun dahsyat dan hebatnya. Hal-hal yang sudah dijelaskan tadi, telah menjelaskan bahwa aqidah mempunyai tujuan utama mendidik yang baik dalam menempuh jalan kehidupan , mensucikan jiwa lalu mengarahkan kedalam sifat-sifat yang baik dan luhur lebih utamanya lagi agar kita sampai kepada tingkatan makrifat yang tertinggi. Jadi penanaman aqiddah atau kepercayaan di dalam hati dan jiwa adalah jalan yang paling tepat yang wajib dilalui untuk menimbulkan kebaikan-kebaikan dengan bersendikan itu akan tercipta kesempurnaan kehidupan bahkan membekali jiwa kita dengan sesuatu yang lebih bermanfaat dan lebih sesuai dengan petunjuk Tuhan. Disini Nampak bahwa begitu besarnya hikmah mengapa keimanan dijadikan umum dan kekal tidak berbeda antara keimanan yang diajarkan oleh tuhan di zaman dahulu dan dijaman sekarang bahkan dimasa dan ditempat manapun, semua sama satu macam, tidak ada satu umat pun yang dibiarkan kosong oleh Allah tanpa mengutus rasul kepada mereka untuk mengajak keimanan serta menancapkan akar aqidah dalam hati mereka. Aqidah merupakan sumber dari rasa kasih sayang yang terpuji, ia tertanam didalam perasaan-perasaan yang indah dan luhur, juga tempat umbuhnya akhlak yang mulia dan utama. Dan Allah SWT pun berfirman, “Bukanlah kebikan, jika kamu semua menghadapkan mukamu kearah timur atau barat, tetapi yang disebut kebaikan itu adalah kebaikan seseorang yang beriman kepada Allah, hari akhir,(hari kiamat), malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, memberikan harta yang dicintainya itu kepada kerabatnya, anak yatim, orang miskin, orang terlantar dalam perjalanan,orang minta-minta, orang yang berusaha melepaskan dari perbudakan, mendirikan salat, menunaikan zakat, memenuhi janji apabila berjanji, sabar dalam kesengsaraan, kemelaratan dan juga diwaktu peperangan. Mereka itulah orang-orang yang bertakwa kepada Allah.” (Q.S Al-Baqarah:177)

Kamis, 05 Juli 2012

Aqidah Tauhid Dalam Inti Ajaran Islam


Aqidah adalah ilmu yang menjelaskan tentang kepercayaan yang harus wajib dimiliki oleh semua umat manusia di dunia ini. Al Quran mengajarkan kepada kita tentang aqidah tauhid, dimana bentuk dari aqidah tauhid tersebut ialah menanamkan kepada kita tentang keyakinan terhadap Allah SWT yang esa dan tak pernah tidur serta tak memihak kepada siapa pun”adil”. Aqidah merupakan sumber akhlak yang kokoh, hal tersebut dapat tercermin dari bagai mana kita dapat mempunyai kesadaran diri bagi diri kita untuk berpegang teguh pada norma dan nilai-nilai yang sudah terkandung sejak dulu. Namun bila aqidah kita belum kuat dapat berakibat pada rusaknya akhlak kita karena pengaruh pengaruh yang muncul dari luar yang lebih mengutamakan kesenangan duniawi hedois dengan mengutamakan hawa nafsu dan menanamkan sikap egoisme didalam hidupnya. Tauhid merupakan suatu identitas pada peradaban islam, yang mengikat semua unsurnya bersama sama dan menjadikan unsur-unsur tersebut menjadi suatu kesatuan yang menyeluruh dan natural.
            Urgensei mempelajari aqidah tauhid
            Pentingnya mempelajari aqidah tauhid ialah sebagai berikut:

·         Menentukan tujuan manusia hidup di dunia ini
·         Merupakan landasan bagi timbulnya sikap dan tingkah laku manusia
·         Menumbuhkan ikatan yang kuat sesama muslim
·         Menjadi penggerak amal perbuatan (aqidah→emosi→kemauan→amal perbuatan)
·         Memiliki keyakinan yang kuat terhadap Allah SWT

Faktor pentingnya aqidah tauhid bagi manusia antara lain:
·         Memberikan petunjuk bagi manusia tentang hidup di dunia dan akhirat (menjadi sebuah tujuan bagi manusia mengapa ia hidup di dunia ini)
·         Mempersatukan seluruh umat manusia dalam suatu keyakinan
·         Membimbing kejalan yang benar, dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar
·         Menjadi akar bagi keberadaan manusia
·         Membubuhkan semangat dan kepedulian terhadap sesama

Tauhid Rubbubiyah
            Tauhid rubbubiyah menjelaskan tentang kata ar-Rabb dengan arti pencipta, hal ini sangat jauh dari apa yang dimaksud oleh al Quran. Sebenarnya arti kata ar-Rabb didalam bahasa maupun dalam al Quran merupakan al-Karim tidak keluar dalam arti “yang memiliki utusan pengelolaan dan pengaturan”. Makna ini sejalan dengan berbagai macam extensi (mishdaq)-nya, seperti pendidikan, perbaikan, kekuasaan, dan kepemilikan. Akan tetapi, kita tidak bisa menerapkan kata ar-Rabb kepada arti penciptaan, sebagaiman dikatakan oleh golongan Wahabi/Salafi,untuk membuktikan secara jelas kesalahan ini mari kita simak ayat-ayat berikut ini,agr kita dapat menangkap makna dari kata ar-Rabb yang terdapat dalam al Quran: Surat Al Baqarah (2) : 21 “Wahai manusia, sembahlah Rabb-mu yang telah menciptakanmu”. Dalam surat AlAnbiyya (21) :56 “Sebenarnya Rabb-mu ialah langit dan bumi yang telah menciptakannya”. Jika kata ar-Rabb berarti pencipta maka ayat-ayat diatas tidak diperlukan penyebutan kata yang telah menciptakanmu atau kata yang menciptakannya. Karena jika tidak,maka berarti terjadi pengulangan kata yang tidak perlu. Jadi makna dari arti ayat-ayat diatas ialah yang pertama “sesungguhnya Zat yang telah menciptakanmu adalah pengatur urusanmu” sementara untuk arti ayat yang kedua ialah “Sesungguhnya pencipta langit dan bumi adalah penguasa dan pengatur keduanya, Oleh karena itu, perkataan Muhammad ibnu abdul wahab yang berbunyi “Adapun tentang tauhid rubbubiyah, baik muslim maupun kafir mengakuinya” adalah perkataan yang tanpa dasar, dan jelas-jelas ditentang oleh nash-nash al Quran yang firmannya “Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah,padahal dia Rabb bagi segala sesuatu”(QS. al-An’am:164). Jika semua orang kafir mengakui bahwa pengelolaan dan pengaturan hanya semata mata milik Allah sebagai mana dikatakan oleh Muhammad bin abdul wahab maka ayat al-An’am itu tidak mempunyai arti, na’uzu bilah. Karena setiap manusia berdasarkan sangkaan Muhammad bin abdul wahab ini baik muslim maupun kafir, semuanya mentauhidkan Allah didalam rubbubiyahnya, maka tentu mereka tidak memerintahkan untuk mengambil Rabb selain Allah. Zaman sekarangpun kita banyak sekali melihat orang-orang kafir yang sama sekali tidak mengakui adanya  Tuhan, apalagi mentauhidkan-Nya! Jadi dapat disimpulkan bahwa tauhid rubbubiyah ialah mengimani Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu dan mentadbir kesemuanya dan tidak ada sekutu bagiNya dalam perkara tersebut
       Tauhid Uluhiyah
            Tauhid uluhiyah adalah menegaskan segala bentuk peribadahan hanya bagi Allah, seperti shalat,zakat, puasa, cinta, takut, dan lain sebagainya. Allah berfirman didalam al Quran: “Hanya kepada-Mu ya Allah aku menyembah dan hanya kepadamu ya Allah kami meminta” dengan ayat-ayat yang diatas , Allah dan Rasul-Nya telah jelas menggingatkan tentang tidak bolehnya seseorang untuk memberikan peribadahan sedikitpun kepada selain Allah SWT karena semuanya itu hanya milik Allah semaata. Rassululah bersbda : “Allah berfirman kepada ahli neraka yang paling ringan adzabnya. “Kalau seandainya kamu memiliki dunia dan apa yang ada didalamnya dan sepertinya lagi,apakah kamu akan menebus dirimu? Dia menjawab ya. Lalu Allah berfirman “Sungguh Aku telah menginginkan darimu lebih rendah dari ini dan ketika kamu berada dalam tulang rusuknya Adam tetapi kamu enggan kecuali terus menyekutukan-Ku.” (HR. Muslim dari Anas bin Malik Radhiallahu’Anhu). Contoh-contoh penyimpangan Uluhiyah dalam kehidupan didunia adalah dimana ketika seseorang mengalami musibah dimana ia berharap bisa terlepas dari musibah tersebut dengan cara dating ke makam seorang wali, atau kepada seorang dukun, atau ketempat keramat yang membuat kita menyekutukan Allah. Lalu kita meminta di tempat itu agar penghuni tempat itu bisa melepaskan kita dari masalah atau musibah yang telah menimpa diri kita.dan begitu berharap dan takut bila keingginannya itu tidak terpenuhi, dan lalu kita mempersembahkan persembelihan dan bahkan bernadzar berjanji akan beritikaf di tempat tersebut bila keingginan kita terpenuhi, na’uzu bilah semoga kita bukan golonggan dari manusia yang seperti itu. Dapat disimpulkan bahwa tauhid uluhiyah ialah mengimani bahwa Allah SWT lah yang berhak untuk disembah, tidak ada sekutu baginya dalam hal tersebut, inilah makna yang di tunjukan bahwa hanya Allah lah yang dengan haq patut kita sembah. Maka, segala bentuk ibadah seperti shalat,puasa, dan hal-hal yang lainnya wajib dilaksanakan hanya untuk Allah SWT, tidak boleh ada satu bentuk ibadah pun yang ditunjukan kepada selain Allah.